Minggu, 29 Mei 2016

DESKRIPSI SISTEM KEMASYARAKATAN, EKONOMI, PEMERINTAHAN, FILSAFAT DAN KEPERCAYAAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA




A.     SISTEM KEMASYARAKATAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM
Pada masa kerajaan-kerajaan Islam, kehidupan masyarakat mengalami pertumbuhan lebih cepat di daerah pesisir. Daerah pesisir berkembang menjadi suatu perkotaan. Hal ini terjadi disebabkan di daerah pesisir tumbuh perdagangan. Perdagangan di pesisir dapat tumbuh karena daerah pesisir merupakan daerah titik temu lalu lintas. Lalu lintas terjadi, baik antarpulau yang dihubungkan melalui laut maupun dari pedalaman yang biasanya dihubungkan dengan sungai. Keterikatan daerah pedalaman atau pedesaan sangat tinggi terhadap daerah pesisir. Struktur masyarakat yang terbentuk pada masa penyebaran Islam meliputi, sebagai berikut.
1.      Golongan Raja dan Keluarganya
Raja dan keluarganya merupakan golongan tertinggi dalam struktur masyarakat. Mereka mendapatkan kedudukan yang terhormat di mata masyarakat. Kompleks keraton merupakan tempat tinggal raja. Raja mengendalikan kekuasaan atau pemerintahan di ibu kota kerajaan yang biasanya tempat di mana keraton tersebut berdiri. Keluarga raja termasuk dalam kelompok bangsawan. Keluarga raja memiliki nama-nama khusus, misalnya priyayi merupakan sebutan untuk keluarga kerajaan di Mataram, dan kadanghaji untuk sebutan keluarga raja di Kalimantan.
Keistimewaan keluarga raja dapat pula disebabkan oleh pendidikan yang mereka peroleh. Pada umumnya keluarga kerajaan mendapatkan pendidikan yang lebih baik dibanding masyarakat umum. Cara pendidikan yang dilakukan raja yaitu memanggil guru khusus ke keraton untuk mendidik anaknya. Selain itu, pendidikan dilakukan juga dengan cara raja mengirim putranya untuk mengikuti pendidikan di luar atau di tempat-tempat khusus, misalnya tempat pendidikan agama. Hal tersebut dilakukan misalnya Pangeran Arya putra raja Banten dididik oleh Ratu Kalinyamat di Jepara.
2.        Golongan elite
Selain golongan raja dan keluarganya yang termasuk golongan tinggi, terdapat pula golongan yang memiliki kedudukan tinggi dan terhormat di mata masyarakat yaitu golongan elite.Kelompok masyarakat yang termasuk ke dalam golongan elite yaitu bangsawan, tentara, kaum keagamaan, dan pedagang. Golongan elite di Kerajaan Mataram disebut kaum priyayi. Mereka ini biasanya merupakan pejabat pemerintahan. Pengangkatan pejabat pemerintahan dilakukan oleh raja. Jabatan pemerintahan bisa berasal dari kalangan keluarga raja sendiri atau orang luar, bahkan ada yang diangkat dari bangsa asing. Pengangkatan orang luar biasanya dilakukan oleh raja karena raja memandang orang luar tersebut sangat layak untuk memangku jabatan yang diberikannya. Jabatan yang diberikan kepada orang asing misalnya jabatan Syahbandar.Dalam beberapa contoh pengangkatan orang asing menjadi Syahbandarterjadi seperti orang India menjabat syahbandar di Kerajaan Aceh, orang Cina di Selebar, orang Cina dan Gujarat di Banten, orang Belanda di Cirebon, dan orang Aceh di Kutai. Para pedagang memiliki kedudukan penting pula dalam struktur masyarakat pada kerajaan Islam. Peran padagang sangat penting karena mereka sangat menentukan terhadap aktivitas perdagangan kerajaan. Sedangkan kebesaran dan kekuatan kerajaan tersebut sangat tergantung kepada perdagangan. Di Aceh misalnya para pedagang disebut dengan sebutanorang kaya.

3.        Golongan non elite
Golongan ini merupakan golongan rendah yaitu golongan rakyat banyak. Dalam struktur masyarakat di Jawa, golongan ini disebut dengan sebutan wong cilik.Adapun yang termasuk golongan ini yaitu petani, nelayan, para tukang. Kehidupan mereka biasanya sangat bergantung pada golongan elite. Misalnya di Jawa, ada sekelompok petani yang pekerjaannya menjadi penggarap tanah yang dimiliki oleh golongan bangsawan.

4.       Golongan hamba sahaya atau budak
Golongan ini merupakan golongan paling rendah dalam struktur masyarakat. Kehidupan mereka sangat ditentukan oleh orang lain, dengan kata lain mereka hidupnya tidak merdeka. Golongan budak dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya karena tawanan perang, dan tidak mampu membayar utang. Pada masa lalu, sering terjadi perang antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok yang lainnya. Kelompok yang kalah perang biasanya menjadi tawanan yang kemudian dijadikan budak. Mereka harus menghamba kepada kelompok yang mengalahkannya. Ada pula, perbudakan terjadi ketika seseorang tidak mampu membayar utang. Sebagai pengganti pembayaran utang, maka orang yang mengutang tersebut akan  menjual dirinya atau anggota keluarganya untuk menghamba atau menjadi budak kepada orang yang memberikan utang. Seorang budak dapat berpindah dari seorang pemiliknya kepada yang lain. Pemindahan kepemilikan budak ini biasanya dilakukan melalui proses perdagangan. Jadi budak tersebut dapat diperjualbelikan.
Golongan ini merupakan golongan rendah yaitu golongan rakyat banyak. Dalam struktur masyarakat di Jawa, golongan ini disebut dengan sebutan wong cilik.Adapun yang termasuk golongan ini yaitu petani, nelayan, para tukang. Kehidupan mereka biasanya sangat bergantung pada golongan elite. Misalnya di Jawa, ada sekelompok petani yang pekerjaannya menjadi penggarap tanah yang dimiliki oleh golongan bangsawan.

B.      EKONOMI PADA MASA KERAJAAN ISLAM
Pada masa Islam, kegiatan perekonomian terutama menyangkut perdagangan sudah maju dengan pesat. Berdirinya bandar-bandar atau pelabuhan tempat transaksi biasanya dilakukan adalah fakta yang menguatkan hal itu. Berbagai bandar itu tidak hanya disingahi oleh pedagang prbumi, tapi juga oleh pedagang asing/mancanegara. Pedagang dari mancanegara umumnya berasal dari arab, persia, China, bahkan dari Eropa.  Pedagang dari arab memperjualkan permadani, kain-kain, dyl. Uniknya, pedagang dari arab seringkali membentuk komunitas Arab yang dikenal dengan nama kampung Arab. Sering dijumpai kampung ini terletak di daerah pesisir. Namun tak jarang kampung ini juga dibentuk di daerah yang jauh dari garis pantai, dan cenderung dekat dengan pusat kota yang ramai.

C.      PEMERINTAHAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM
Islam masuk ke Indonesia dan memengaruhi berbagai segi kehidupan masyarakat Indonesia termasuk juga segi pemerintahan yakni dengan munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam. Kerajaan kerajaan di Indonesia yang bercorak Islam secara geografis terletak di sepanjang pesisir pantai. Hal ini disebabkan karera terbentuknya kerajaan dimulai dan kota-kota pelabuhan yang berfungsi sebagai kota transit sehingga mata pencaharian masyarakatnya di sektor pertanian dan perdagangan atau disebut maritim.

D.     FILSAFAT PADA MSA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Perkembangan filsafat pada masa penyebaran Islam di Indonesia sangat dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. Kedatangan tasawuf ke Indonesia diperkirakan bermula sekitar abad XIII dan para ahli tasawuf mulai berkembang di Indonesia dimulai sekitar abad XV-XVI, terutama di Jawa dan Sumatera. Pada masa tersebut di Aceh hidup ahli tasawuf seperti Hamzah Fanshuri dan Syamsuddinas-Samatrani.

E.      KEPERCAYAAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Setiap suku bangsa, selain memiliki kepercayaan lokal masing-masing, juga memiliki sistem pengetahuan dan cara pandang yang berbeda satu dengan yang lainnya. Masuknya unsur baru dalam kehidupan tentu saja mendapat reaksi yang berbeda-beda. Adanya hukum adat yang terbentuk dari tradisi sosial budaya masyarakat setempat merupakan bentuk paling jelas dari institusi lokal yang mengatur tatanan masyarakat. Berdasarkan pengelompokan yang diperkenalkan oleh pelopor studi hukum adat, Van Vollenhoven, terdapat Sembilan belas wilayah hukum adat yang mengisyaratkan agama Islam tersosialisasikan dalam masyarakat yang memiliki ciri adat tertentu. Interaksi antara hukum Islam dan hukum adat yang tinggi telah ada sebelum Islam menjadi perdebatan diberbagai daerah. Daerah yang keterkaitannya dengan adat begitu tinggi dan paling intens menerima proses islamisasi antara lain Aceh, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan. Terutama menyangkut persoalan untuk mempertemukan atau menyelaraskan agama dan adat dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Khazanah Peninggalan peradaban Islam di Eropa Atau Barat


Bangunan Islam di Eropa
1.    Hagia Sofya

Hagha Sofya dulunya adalah sebuah gereja raksasa. Sejak dibangun sekitar tahun 530-an Masehi, bangunan ini dipakai untuk kegiatan peribadatan umat Nasrani. Kekaisaran Bizantium atau Romawi ini bertahan selama berabad-abad. Bangunan tersebut sempat beberapa kali dibakar oleh massa pembrontak dan mengalami berbagai peristiwa kerusakan berat, namun pihak Kekaisaran Bizantium terus merenovasi kembali.
Setelah pasukan Usmani menguasi Turki, dirubahlah menjadi masjid, bangunan Hagya Sofya sedikit dipoles, dan ditambah menara khas arsitektur Turki,
Perubahan fungsi gereja menjadi masjid ini berlangsung selama hampir 500 tahun. Lalu bangunan Hagya Sofya dijadikan meseum.
2.    Menara Giralda (Seville)   

Menara ini dulunya adalah minaret (menara masjid) yang kini beralih fungsi sebagai menara lonceng Katedral Seville. Menara setinggi 105 m ini selesai dibangun pada 1198 oleh arsitek Ben Ahmad Baso. Pada puncaknya dulu terdapat kubah tembaga yang kemudian runtuh akibat gempa pada tahun 1365.
3.    Mezquita (Cordoba)

Mezquita (bahasa Spanyol untuk masjid atau mosque) adalah sebutan bagi masjid Agung Cordoba yang kini dialihfungsikan sebagai Katedral Cordoba. Awalnya, bangunan ini adalah sebuah gereja bernama Katedral Saint Vincent yang dibangun pada tahun 600. Setelah Dinasti Ummayah menaklukkan Spanyol, kaum Muslim kemudian mengubah gereja tersebut menjadi masjid. Konon ini dilakukan dengan cara damai, yaitu dengan bermusyawarah dengan umat Kristen dan membeli gereja tersebut.
Pada 987, Masjid Agung Cordoba akhirnya selesai dibangun. Keindahan pilar-pilar masjid ini digambarkan oleh penyair Muhammad Iqbal kala itu bak jajaran pohon palem di sebuah oasis di Syria. Pada 1236, kota Cordoba kembali ditaklukkan oleh tentara Katolik yang kemudian mengalihfungsikan masjid ini menjadi katedral, namun dengan tetap mempertahankan sebagian besar bentuk asli masjid tersebut.
4.    Medina Azahara
 
Namanya yang indah berarti “Kota yang Menakjubkan”. Dulunya ini adalah kompleks ibu kota kekhalifahan Ummayad di tanah Andalusia yang terletak 13 km sebelah Barat kota Cordoba. Konon lokasi ini dipilih karena keindahan panoramanya. Dibangun antara tahun 936-940, kompleks ini meliputi gedung pertemuan, masjid, kantor pemerintahan, barak, rumah-rumah kediaman, hingga taman. Sayangnya, kompleks ini ditinggalkan oleh umat Muslim sendiri pada tahun 1010 karena perang saudara.
5.    Alcazaba de Malaga (Malaga)
 
Alcazaba adalah sebutan bagi benteng peninggalan bangsa Moor (penguasa Muslim di Spanyol). Alcazaba berasal dari bahasa Arab “Al Qasbah” yang berrati benteng. Benteng ini dibangun pada abad ke-11. Pada bagian dalamnya terdapat taman dengan interior yang sangat indah.
6.    Masjid Cristo de la Luz (Toledo)

Masjid ini dibangun pada tahun 999 dan dulu dikenal dengan nama Masjid Bab al     Mardum Bentuk bangunan ini sejak berdiri hingga sekarang hanya mengalami sangat sedikit perubahan.

Copyright @ 2013 studis .